Tarif Resiprokal Trump, Ancaman bagi Ekspor Udang Indonesia
- Redaktur: Audri Rianto
- 22 jam yang lalu
- 2 menit membaca
Industri perikanan Indonesia, terutama dalam hal ekspor udang, saat ini tengah menghadapi tantangan yang signifikan. Hal ini didasari oleh diberlakukannya tarif resiprokal oleh presiden Amerika Serikat, Donald Trump beberapa waktu silam. Indonesia sendiri mendapatkan tarif yang cukup besar, yakni 32% yang mana hal ini akan mempengaruhi kinerja ekspor udang Indonesia ke AS.

Sumber: rri.co.id
Amerika Serikat sendiri dikenal sebagai pasar yang besar bagi ekspor udang Indonesia. Lebih dari 70% udang yang dihasilkan Indonesia diekspor ke sana, dengan kata lain AS merupakan pilar utama pendapatan para petambak di Indonesia.
Dengan berlakunya tarif resiprokal atau tarif Trump ini, ada dua kemungkinan yang akan terjadi terhadap industri ekspor udang Indonesia, di antaranya adalah:
Beban Bertambah
Sebelum berlakunya tarif Trump ini, ekspor udang Indonesia sudah mengemban beban yang cukup berat, yaitu tuduhan dumping dan pemberlakuan tarif anti-dumping dari AS. Walaupun tarif anti-dumping yang berlaku sudah diturunkan dari 6,3% menjadi 3,9%, tetap saja hal tersebut berpotensi membuat produk udang Indonesia tidak dapat bersaing di pasar AS.
Dengan adanya tarif Trump sebesar 32%, tentu beban yang akan ditanggung oleh eksportir udang Indonesia menjadi bertambah. Jika dihitung, tarif impor yang akan berlaku bagi produk udang Indonesia ialah 35,90% yang terdiri dari tarif anti-dumping 3,9% ditambah tarif resiprokal 32%.
Dengan besarnya tarif impor tersebut, harga udang dari Indonesia di pasar Amerika Serikat tentu akan meningkat secara signifikan. Persaingan harga menjadi tidak sehat yang berujung pada menurunnya minat pasar terhadap produk udang Indonesia.
Pupusnya Cita-cita Menjadi Raja Udang Dunia
Beberapa waktu lalu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan ambisinya untuk menjadikan Indonesia sebagai raja udang dunia. Hal ini didasari oleh meningkatnya ekspor udang Indonesia di pasar AS mencapai 24% atau sekitar 11,1 ribu ton pada awal 2025.
KKP merasa optimis Indonesia bisa merajai pasar internasional dalam industri ekspor udang, sebab tarif anti-dumping yang selama ini berlaku tidak membuat tren udang Indonesia di pasar AS menurun. Namun, saat Presiden AS, Donald Trump mengumumkan pemberlakuan tarif resiprokal untuk sejumlah negara, termasuk Indonesia, harapan itu seolah pupus. Dengan berlakunya tarif resiprokal ini, ekspor udang Indonesia seolah terjegal dengan tarif impor yang semakin tinggi, bisa mencapai 35,90%.
Meskipun dihantam tarif tinggi, Indonesia masih menduduki peringkat keempat sebagai produsen terbesar udang dunia, di bawah Vietnam, India dan Ekuador di puncak. Namun, untuk mendapatkan pasar yang lebih besar Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan pasar AS. Perlunya dilakukan diversifikasi pasar demi menutupi potensi penurunan ekspor udang ke AS.
Langkah minitagasi lainnya juga harus disiapkan demi menjaga hilirisasi produk perikanan, seperti memperluas pasar ekspor non-tradisional, dan meningkatkan konsumsi domestik melalui makan bergizi gratis.
Baca Juga
Commentaires