Dunia budidaya udang sudah pasti tidak luput dari hambatan-hambatan yang bisa muncul kapan saja. Hambatan ini kerap kali mengganggu produktivitas tambak apabila tidak disikapi dengan baik. Hipoksia menjadi salah satu hambatan yang jarang terjadi, namun ketika itu terjadi, akan sangat membahayakan udang yang dibudidaya.
Sumber: optex.co.jp
Hipoksia sendiri merupakan suatu kondisi di mana kadar oksigen terlarut dalam air tambak udang menurun hingga tingkat yang dapat mengancam kelangsungan hidup udang. Tambak yang sehat ialah yang memiliki kadar oksigen terlarut tidak lebih kecil dari 4 ppm, sementara tambak yang mengalami hipoksia akan memiliki kadar oksigen terlarut di bawah 2 ppm, maka dari itu hipoksia masuk ke dalam kategori membahayakan dan harus dihindari.
Dampak yang ditimbulkan dari hipoksia ialah meningkatnya stres, nafsu makan berkurang, penurunan pertumbuhan, dan bahkan kematian pada udang secara massal. Oleh karena itu, penting bagi petambak untuk menerapkan strategi manajemen yang efektif untuk mengurangi risiko hipoksia dan menjaga produktivitas tambak udang tetap optimal.
Faktor Penyebab Hipoksia
Sebelum menerapkan manajemen yang tepat untuk menghindari kondisi hipoksia, petambak harus terlebih dahulu mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan hipoksia bisa terjadi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipoksia pada tambak udang antara lain:
Kepadatan Udang yang Tinggi
Kepadatan udang yang tinggi dapat memicu hipoksia, karena saat populasi udang terlalu banyak di dalam kolam tambak, maka akan memicu peningkatan konsumsi oksigen dan menghasilkan lebih banyak limbah organik yang dapat mengurangi kadar oksigen terlarut.
Untuk itu, petambak harus menghindari kepadatan udang yang berlebih dengan harapan untuk mendapatkan hasil panen yang lebih banyak, karena hal tersebut malah akan menimbulkan kerugian dibandingkan keuntungan.
Kualitas Air yang Buruk
Saat kualitas air tambak buruk, seperti mengandung tinggi amonia dan nitrit, serta menumpuknya sedimen yang menyebabkan kontaminasi hidrogen sulfida maka secara otomatis akan menurunkan kadar oksigen yang ada hingga di bawah standar. Kondisi ini harus segera diatasi, karena dapat menyebabkan hipoksia dan keracunan pada udang.
Kurangnya Aerasi
Kurangnya aerasi atau sirkulasi air yang buruk dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Aerasi yang tak maksimal akan menghambat proses pemenuhan kebutuhan oksigen bagi udang yang kemudian bisa menyebabkan hipoksia.
Strategi Manajemen untuk Mengurangi Risiko Hipoksia
Pengelolaan Kepadatan Udang
Menjaga kepadatan udang pada tingkat yang optimal untuk mengurangi konsumsi oksigen dan produksi limbah organik. Untuk itu, petambak tidak boleh terlalu nafsu, hanya karena ingin untung lebih banyak sampai tidak memperhitungkan kepadatan udang yang ideal dan sesuai dengan luas tambak yang dimiliki.
Peningkatan Kualitas Air
Melakukan penggantian air secara berkala sangat penting dilakukan untuk mengurangi tumpukan kotoran yang ada serta menurunkan kadar amonia dan nitrit. Menggunakan filter air juga wajib dilakukan agar air baru yang dimasukkan tidak terkontaminasi oleh zat lain yang membahayakan.
Peningkatan Aerasi
Menggunakan aerator seperti kincir air yang disesuaikan jumlahnya dengan luas kolam tambak sangat efektif untuk meningkatkan sirkulasi air dan menjaga kestabilan kadar oksigen terlarut.
Pastikan bahwa aerator ditempatkan di lokasi yang tepat dan strategis dalam tambak, sehingga perputaran air dapat lebih merata ke seluruh penjuru tambak.
Pengelolaan Pakan
Hindari pemberian pakan secara berlebih, karena akan meningkatkan penumpukan sedimen pada dasar tambak. Berikan pakan dalam jumlah yang tepat sesuai dengan kebutuhan harian udang untuk mengurangi limbah organik. Selain itu, pastikan bahwa pakan yang digunakan memiliki kualitas yang baik agar pakan mudah dicerna oleh udang.
Pemantauan Kualitas Air
Pemantauan rutin terhadap parameter kualitas air, terutama kadar oksigen terlarut sangat penting untuk dilakukan demi menghindari penurunan kualitas air yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Pastikan menggunakan alat ukur yang berkualitas agar hasil pengukuran dapat dipantau secara langsung.
Kesimpulan
Mengurangi risiko hipoksia pada tambak udang memerlukan pendekatan manajemen yang komprehensif dan berkelanjutan. Dengan mengelola kepadatan udang, meningkatkan kualitas air, meningkatkan aerasi, mengelola pakan, dan melakukan pemantauan kualitas air secara rutin, petambak dapat menjaga kadar oksigen terlarut dalam air tambak tetap optimal dan memastikan produktivitas tambak udang tetap tinggi.
Baca Juga
Comments