Salinitas atau kadar garam dalam air merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya udang. Setiap jenis udang memiliki toleransi salinitas yang berbeda-beda, dengan menjaga salinitas air pada level yang optimal dapat mendukung pertumbuhan, kesehatan, serta produktivitasnya. Artikel ini akan membahas pentingnya salinitas dalam tambak udang, bagaimana cara mengatur salinitas yang ideal, dan dampaknya terhadap keberhasilan budidaya.
Sumber: nusagri.co.id
Peran Salinitas pada Tambak
Salinitas memiliki peran dalam proses osmoregulasi udang, yaitu kemampuan udang untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh mereka dengan lingkungan sekitar. Salinitas dengan kadar yang tepat akan memastikan udang dapat menyerap nutrisi dengan optimal dan mencegah terjadinya stres yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil budidaya.
Tingkat Salinitas Ideal dalam Budidaya Udang
Jenis udang yang umum dibudidayakan di Indonesia, seperti udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan udang windu (Penaeus monodon) biasanya membutuhkan salinitas antara 15-30 ppt. Spesifiknya, udang vaname akan berada dalam kondisi yang baik jika berada di air dengan salinitas antara 20 hingga 28 ppt, sementara udang windu lebih nyaman pada rentang salinitas 15 hingga 25 ppt.
Salinitas pada tambak harus berada pada tingkat yang optimal, apabila kadarnya terlalu rendah atau terlalu tinggi, hal tersebut dapat mengganggu kesehatan udang dan mempengaruhi laju pertumbuhannya.
Menjaga Salinitas Tetap Ideal
Pengukuran Rutin: Untuk menjaga salinitas tetap dalam kondisi ideal, penting untuk melakukan pengukuran salinitas secara rutin. Pengukuran dapat dilakukan dengan alat seperti refraktometer atau salinometer, yang mengukur kadar garam dalam air.
Pengukuran dapat dilakukan minimal sekali dalam sehari tepatnya pada pagi hari saat kondisi air masih dalam keadaan lebih stabil. Salinitas dapat diperiksa setiap hari pada waktu yang sama untuk memastikan tidak ada fluktuasi yang signifikan.
Penyesuaian Salinitas Saat Pengisian Tambak: Saat pertama kali mengisi tambak, salinitas air harus disesuaikan sesuai dengan kebutuhan jenis udang yang dibudidayakan. Proses penyesuaian salinitas bisa dilakukan dengan cara menambahkan garam ke dalam air guna meningkatkan salinitas hingga mencapai kadar yang diharapkan. Garam yang digunakan bisa berupa garam dapur atau garam tambak yang terbuat dari air laut.
Cara lainnya ialah dengan menggunakan air laut secara langsung ke dalam tambak, karena air laut sudah mengandung garam mineral alami sehingga petambak tinggal menyesuaikan tingkat salinitas yang diinginkan.
Pergantian Air Secara Teratur: Penggantian air secara teratur penting untuk mengontrol kualitas air, termasuk salinitas. Penggantian air dilakukan dengan menukar sebagian air yang telah digunakan dengan air segar yang memiliki kadar garam (salinitas) yang sesuai dengan kebutuhan udang.
Penggantian air sekitar 10-20% per minggu dapat membantu menjaga kualitas salinitas tetap stabil. Pastikan sumber air yang digunakan untuk penggantian tidak terlalu berbeda salinitasnya dengan air dalam tambak. Jika ada perbedaan signifikan, salinitas tambak akan berfluktuasi.
Manajemen Tambak yang Tepat: Manajemen tambak secara keseluruhan juga berperan dalam pengaturan salinitas, seperti mengelola kepadatan tebar dan pemberian pakan. Kepadatan tebar udang yang terlalu tinggi bisa meningkatkan kadar amonia dan bahan organik dalam air yang dapat mempengaruhi salinitas. Maka dari itu, tebar benih harus dilakukan dengan kepadatan yang optimal sesuai dengan kapasitas kolam tambak untuk menjaga kualitas air.
Pemberian pakan juga dapat memengaruhi salinitas dalam tambak. Pakan yang tidak habis dan sisa-sisa pakan dapat menyebabkan akumulasi bahan organik yang dapat mengubah kondisi air, termasuk salinitas. Oleh sebab itu, berikan pakan sesuai dengan jumlah yang diperlukan udang agar tidak ada sisa pakan yang mencemari air dan juga Secara berkala, lakukan pembersihan dasar kolam untuk menghilangkan sisa pakan yang bisa mengubah kualitas air.
Baca Juga
Comments