Peluang Pasar Alternatif bagi Udang Indonesia di Tengah Ketidakpastian AS
- Redaktur: Audri Rianto
- 2 hari yang lalu
- 3 menit membaca
Diperbarui: 23 jam yang lalu
Ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat (AS) tengah menghadapi tantangan berat, seperti tarif anti-dumping yang berlaku dari 2024 hingga sekarang, serta adanya rencana penambahan tarif resiprokal yang cukup besar.

Sumber: kompas.com
Ketidakpastian geopolitik, kebijakan perdagangan proteksionis, hingga isu tuduhan dumping membuat pasar AS tak lagi bisa diandalkan sepenuhnya. Padahal, AS selama ini merupakan salah satu tujuan ekspor utama udang nasional.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi Indonesia untuk segera mengidentifikasi serta mengembangkan pasar alternatif untuk menampung udang yang setiap harinya diproduksi.
Ketergantungan terhadap Pasar AS
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), lebih dari 60% udang Indonesia diekspor ke Amerika Serikat beberapa tahun terakhir. Data ini mengindikasikan bahwa Indonesia sangat bergantung pada pasar AS dalam memasarkan udangnya. Ketergantungan ini tentu bukanlah hal yang baik, terlebih seperti pada kondisi saat ini.
Pada 2023 silam, Indonesia dituduh melakukan praktik dumping, tak berselang lama tarif anti-dumping diberlakukan untuk udang Indonesia. Sejak saat itu, kegiatan ekspor udang langsung mengalami penurunan, terlebih lagi Donald Trump, selaku presiden Amerika Serikat saat ini tengah merencanakan tarif resiprokal yang akan disahkan 90 hari ke depan, tentu potensi terjadinya penurunan kembali akan sangat besar.
Ketergantungan Indonesia terhadap AS harus segera disiasati demi menjaga tren udang Indonesia di pasar internasional.
Menyasar Pasar Asia Timur dan Asia Tenggara
Untuk mengantisipasi pasar AS yang tidak pasti, Indonesia sudah bisa mulai untuk melakukan diversifikasi pasar secepat mungkin. Pasar Asia Timur, khususnya Jepang, Korea Selatan, dan China, memiliki potensi yang cukup besar.
Jepang terkenal dengan konsumsinya yang tinggi terhadap produk perikanan, termasuk udang beku dan olahan. Korea Selatan juga menunjukkan peningkatan permintaan terhadap makanan laut berkualitas, seiring meningkatnya tren makanan sehat dan gaya hidup premium.
Sementara itu, negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia bisa dijadikan target ekspor regional. Selain kedekatan geografis, kemiripan selera dan preferensi produk menjadi keunggulan tersendiri.
Eropa sebagai Pasar Potensial dengan Tantangan
Pasar Uni Eropa juga masih terbuka, meski memiliki standar yang lebih ketat dalam hal keberlanjutan, jejak karbon, dan sertifikasi produk. Namun, ini justru bisa menjadi nilai tambah bagi Indonesia, jika pelaku usaha mampu memenuhi standar tersebut. Label ramah lingkungan, ketelusuran produk, dan praktik budidaya berkelanjutan akan menjadi kunci untuk menembus pasar ini.
Fokus pada Diversifikasi Produk dan Nilai Tambah
Selain memperluas pasar, pelaku industri juga harus mulai mengurangi ketergantungan pada produk mentah. Udang olahan seperti tempura, nugget, hingga udang siap saji memiliki margin keuntungan lebih tinggi dan lebih diminati pasar modern. Negara seperti Jepang dan Uni Emirat Arab menunjukkan permintaan yang konsisten terhadap produk udang olahan atau bernilai tambah.
Peran Pemerintah dan Kolaborasi Stakeholder
Pemerintah memiliki peran penting dalam membuka akses pasar baru, mempercepat perjanjian dagang, dan memfasilitasi sertifikasi ekspor. Selain itu, kolaborasi antara eksportir, asosiasi, dan pelaku usaha kecil sangat dibutuhkan agar rantai pasok udang Indonesia tetap kompetitif dan adaptif terhadap perubahan pasar global.
Kesimpulan
Ketidakpastian di pasar Amerika Serikat seharusnya dimanfaatkan sebagai dorongan untuk mempercepat upaya diversifikasi pasar ekspor udang Indonesia. Beberapa kawasan, seperti Asia Timur, Asia Tenggara, dan Eropa memiliki potensi besar yang bisa dioptimalkan. Dengan strategi pemasaran yang tepat, peningkatan kualitas produk, dan dukungan kebijakan, udang Indonesia bisa tetap kompetitif dan bahkan memperluas pangsa pasarnya di tengah tekanan global.
Baca Juga
Commentaires