top of page
  • Redaktur: Audri Rianto

Iklim Mempengaruhi Produktivitas Tambak Udang

Hingga saat ini, usaha budidaya udang masih dianggap usaha yang menggiurkan dan menguntungkan. Apalagi kebanyakan orang melihat harga jual udang yang tinggi, tentu bayangan pertama yang ada di benak banyak orang adalah keuntungan yang melimpah.



Sumber: aquafeed.com

 

Namun, budidaya udang tidak hanya soal mendapatkan keuntungan yang besar. Ada banyak proses yang harus dilalui, sehingga tidak bisa hanya melihat hasil akhirnya saja. Selama prosesnya, budidaya udang kerap kali menjumpai berbagai kendala.

 

Salah satu kendala yang cukup menghambat produktivitas tambak adalah perubahan iklim. Indonesia sendiri merupakan negara beriklim tropis, artinya hanya ada dua musim, yaitu musim penghujan dan musim panas atau kemarau. Kedua musim ini, jika terjadi terus-menerus dan dalam waktu yang lama maka dapat mengganggu pertumbuhan udang.

 

Musim Penghujan

Saat musim hujan tiba, hal pertama yang paling terkena dampaknya adalah penurunan suhu air tambak. Untuk diketahui bahwa, udang dapat hidup dengan baik ialah pada air dengan suhu kisaran 27-31 derajat celcius.

 

Saat suhu air menurun dari kisaran angka tersebut, maka yang pertama akan terjadi adalah udang akan mengalami penurunan metabolisme dan nafsu makan. Saat udang tidak mau makan, maka pertumbuhan dan perkembangannya otomatis akan mengalami penurunan.

 

Selanjutnya, pakan yang diberikan akan lebih banyak terbuang percuma dan menjadi tumpukan limbah di dasar kolam. Semua petambak sudah pasti paham bahwa overfeeding merupakan tahap awal dari munculnya zat beracun seperti amonia, nitrat dan nitrit. Pastinya, keadaan ini akan mengganggu udang.

 

Efek keberlanjutan dari penurunan metabolisme dan penurunan kualitas air akibat overfeeding ini adalah udang jadi rentan terhadap serangan penyakit, karena sistem imunitasnya juga sudah pasti akan mengalami penurunan. Saat hujan terjadi dalam jangka waktu yang lama, udang biasanya akan memperlihatkan gejala bahwa ia sedang tidak sehat, seperti malas bergerak.

 

Musim Panas (Kemarau)

Saat musim kemarau tiba, apa yang akan dialami tambak adalah kebalikan pada saat musim hujan terjadi. Suhu air otomatis akan mengalami peningkatan secara bertahap. Mula-mula, hal ini tidak memberikan efek apapun terhadap udang, namun jika berlangsung selama berhari-hari makan udang akan terkena imbasnya.

 

Suhu yang meningkat juga akan meningkatkan metabolisme udang yang dibarengi dengan meningkatnya nafsu makan udang. Hal ini dapat membuat Feed Conversion Ratio (FCR) rentan membengkak, di mana petambak akan menambah rasio pakan tetapi pakan tidak terserap melainkan digunakan untuk metabolisme dan aktivitas yang meningkat akibat suhu yang naik.

 

Hal tersebut juga memiliki efek tidak baik bagi pertumbuhan udang. Udang banyak makan, namun nutrisinya tidak terserap dengan baik, alhasil pertumbuhan udang akan stagnan, sementara pengeluaran untuk pakan semakin meningkat. Jika keadaan ini terus terjadi dalam waktu yang lama, maka petambak akan mengalami kerugian yang cukup tinggi.

 

Suhu yang tinggi juga dapat memicu pertumbuhan alga atau plankton. Jika pertumbuhan alga tidak terkontrol, hal ini dapat menyebabkan peristiwa blooming algae yang berakibat pada penurunan kualitas air tambak.



Baca Juga

255 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page