Dalam dunia budidaya udang, keberadaan aerator sangatlah penting karena berperan dalam menyuplai oksigen ke dalam air tambak. Kincir air merupakan salah satu jenis aerator yang paling umum digunakan oleh petambak, karena harganya relatif terjangkau, lebih hemat listrik dan dapat memberikan suplai oksigen pada tambak dengan cukup baik.
Sumber: globalseafood.org
Dengan fungsinya sebagai penyuplai oksigen, maka kincir diharapkan dapat bekerja secara terus-menerus sepanjang proses budidaya dilakukan. Jangan sampai kincir mati secara mendadak, karena ketika kincir mati secara tiba-tiba, itu akan memberikan dampak negatif bagi produktivitas tambak. Apa saja dampak yang akan terjadi? Simak ulasan berikut ini.
Penurunan Kadar Oksigen Terlarut (DO)
Dampak utama yang akan langsung dirasakan dari matinya kincir air adalah penurunan kadar oksigen terlarut (DO) dalam air tambak. Kincir air membantu menciptakan pergerakan air yang menghasilkan gelembung udara, sehingga meningkatkan konsentrasi DO pada tambak. Ketika kincir air mati, suplai oksigen akan terhenti sehingga menyebabkan tingkat oksigen pada tambak berkurang secara drastis. Keadaan ini akan semakin buruk pada malam hari, ketika fitoplankton melakukan respirasi yang juga membutuhkan oksigen dari dalam tambak.
Hipoksia dan Stres pada Udang
Penurunan kadar DO yang drastis hingga menyentuh angka di bawah 2 ppm akan memicu kondisi hipoksia. Hipoksia sangat mengganggu metabolisme udang, karena kondisi tersebut dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan udang, gangguan nafsu makan, molting yang tidak teratur, dan kapasitas osmoregulasi yang terganggu. Kondisi itu juga akan menyebabkan udang menjadi lebih rentan terhadap penyakit karena daya imun yang rendah.
Penurunan Kualitas Air dan Sedimentasi Tanpa kincir, air tambak akan menjadi lebih tenang sehingga partikel-partikel organik yang ada pada air tambak akan cenderung mengalami pengendapan. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan sedimen di dasar kolam secara berlebihan yang membuat kualitas air menurun.
Produksi Hidrogen Sulfida (H2S)
Produksi oksigen yang berkurang akan memicu kondisi anaerob pada dasar tambak, yang mana kondisi tersebut dapat memicu produksi hidrogen sulfida (H2S. H2S sangat berbahaya bagi udang karena dapat menghambat proses pernapasan, apalagi ditambah dengan kombinasi pH rendah, oksigen rendah, dan suhu rendah dapat membuat H2S menjadi semakin beracun.
Stratifikasi Kualitas Air
Kincir air juga berperan dalam mencegah stratifikasi atau ketidakseragaman variabel kualitas air seperti DO, pH, plankton, dan salinitas di dalam tambak. Ketika kincir air mati, stratifikasi ini dapat terjadi, sehingga menyebabkan perbedaan konsentrasi DO pada kedalaman air atau beberapa titik tertentu. Kondisi ini dapat mengakibatkan tidak semua udang mendapatkan oksigen yang cukup, sehingga akan tercipta titik mati pada tambak.
Kesimpulan
Kincir air yang mati secara tiba-tiba pada tambak udang dapat menyebabkan berbagai masalah serius, termasuk penurunan kadar oksigen terlarut, hipoksia, produksi hidrogen sulfida, stratifikasi kualitas air, dan penurunan kualitas air serta sedimentasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan kincir air berfungsi dengan baik dan melakukan pemeliharaan secara rutin untuk menghindari dampak negatif tersebut.
Baca Juga
Comments