Budidaya udang menggunakan sistem bioflok termasuk jarang dilakukan oleh para petambak, namun cara ini bukanlah sesuatu yang baru. Sistem bioflok memungkinkan petambak dapat melakukan usaha budidaya dengan lebih efisien, karena penggunaan lahan yang minim serta pemberian pakan yang lebih hemat.
Sumber: kutaibaratkab.go.id
Sistem bioflok sendiri sebagian besar mengandalkan kinerja bakteri. Fungsi bakteri sendiri ialah untuk mengurai limbah organik dan anorganik pada tambak yang kemudian dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bagi udang.
Dalam budidaya udang dengan sistem bioflok, kelebihan bakteri terutama bakteri jahat dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan kualitas air. Pada artikel kali ini, kami akan memaparkan beberapa dampak yang ditimbulkan dari kelebihan bakteri pada budidaya udang sistem bioflok
Peningkatan Amonia dan Nitrit
Bakteri pada kolam bioflok sangat dibutuhkan untuk memfiksasi amonia dan nitrit. Namun, jika keberadaannya di luar batas wajar, maka kinerjanya menjadi tidak optimal.
Akibatnya adalah akan terjadi peningkatan kadar amonia dan nitrit dalam air. Alhasil, kolam bioflok yang dinilai cukup aman bagi udang malah menjadi membahayakan.
Penurunan Oksigen Terlarut
Sama seperti udang, bakteri juga membutuhkan oksigen untuk melakukan proses metabolisme dan aktivitas lain. Jika populasi bakteri berlebihan, maka bakteri akan bersaing dengan udang dalam hal penyerapan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut dalam air, yang berdampak negatif pada kesehatan udang.
Perubahan pH
Bakteri juga dapat mempengaruhi pH air. Kelebihan bakteri dapat menyebabkan fluktuasi pH, tepatnya kolam bioflok akan mengalami penurunan pH, yang mana hal tersebut juga dapat memengaruhi kesehatan udang.
Kualitas Flok
Kelebihan bakteri dapat mengubah karakteristik flok dalam sistem bioflok. Flok yang terbentuk akan terlalu padat atau tidak stabil yang dapat mempengaruhi efisiensi pakan dan kualitas air.
Penting untuk memantau populasi bakteri secara rutin dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan kualitas dalam sistem bioflok. Dengan manajemen yang tepat, budidaya udang dengan sistem bioflok tetap efisien dan berkelanjutan.
Mengatasi masalah kelebihan bakteri dalam sistem bioflok memerlukan pendekatan yang hati-hati dan terencana. Beberapa langkah di bawah ini bisa dilakukan untuk mengendalikan populasi bakteri pada sistem bioflok.
Pengelolaan Aerasi
Kolam bioflok membutuhkan aerasi yang kuat, artinya aerasi harus terus ada tanpa henti. Pastikan sistem aerasi berfungsi dengan baik untuk menyediakan oksigen yang cukup. Oksigen yang memadai membantu menjaga keseimbangan populasi bakteri dan mencegah kondisi anaerobik yang dapat menyebabkan masalah kualitas air.
Penggunaan Probiotik
Gunakan probiotik yang tepat untuk membantu mengontrol populasi bakteri patogen dan mendukung bakteri baik dalam sistem bioflok.
Pemantauan Kualitas Air
Lakukan pemantauan rutin terhadap parameter kualitas air seperti amonia, nitrit, dan nitrat. Jika terjadi peningkatan yang signifikan, lakukan tindakan korektif seperti penggantian sebagian air atau penambahan bahan pengikat amonia.
Pengelolaan Flok
Jika flok terlalu padat, lakukan pengurangan flok dengan cara mengeluarkan sebagian flok dari sistem. Ini membantu mengurangi kepadatan bakteri dan menjaga keseimbangan ekosistem dalam tambak.
Penggunaan Molase
Tambahkan molase dalam jumlah yang tepat untuk mendukung pertumbuhan bakteri heterotrof yang membantu menguraikan limbah organik. Namun, pastikan tidak berlebihan karena dapat menyebabkan peningkatan populasi bakteri yang tidak diinginkan.
Dengan langkah-langkah ini, Anda dapat mengelola populasi bakteri dalam sistem bioflok secara efektif dan menjaga kesehatan serta produktivitas udang.
Baca Juga
Comments