Cara Petambak Udang Bertahan di Tengah Harga yang Anjlok
- Redaktur: Audri Rianto
- 3 hari yang lalu
- 2 menit membaca
Fluktuasi harga merupakan hal yang biasa terjadi pada industri budidaya udang. Ketika harga udang naik, sudah pasti petambak yang paling diuntungkan, begitupun sebaliknya, ketika harga udang anjlok, petambak bisa terancam.

Sumber: takemetour.com
Ancaman tersebut bisa semakin membuat petambak menjerit ketika biaya produksi yang tinggi tidak sebanding dengan harga jual yang terus menurun, sehingga membuat banyak petambak berada di ujung tanduk. Namun, di tengah kondisi ini, masih ada strategi yang bisa diterapkan untuk bertahan dan bahkan tetap produktif.
Menekan Biaya Produksi Tanpa Mengorbankan Kualitas
Langkah pertama yang diambil banyak petambak adalah meninjau ulang seluruh komponen biaya produksi. Menekan biaya produksi bukanlah perkara yang mudah. Jika dilakukan dengan tidak tepat, kualitas produk bisa terancam.
Pakan dan benur umumnya merupakan dua elemen utama yang paling besar menyumbang biaya dalam proses produksi. Lalu, bagaimana caranya agar kualitas udang tetap terjaga tanpa menguras biaya secara berlebihan?
Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan pakan alternatif hasil fermentasi lokal yang lebih ekonomis namun tetap mencukupi kebutuhan gizi udang. Sementara itu, dalam hal benur, petambak perlu selektif memilih dari hatchery yang telah terbukti terpercaya guna menekan tingkat kematian dan memastikan bahwa modal yang dikeluarkan tidak terbuang sia-sia.
Diversifikasi Produk
Diversifikasi produk bisa dimulai dengan membudidayakan jenis udang lain yang lebih tahan penyakit atau memiliki siklus panen lebih pendek. Bisa juga dengan melakukan polikultur, yaitu dengan membudidayakan udang dan bandeng untuk menyeimbangkan risiko harga.
Selain diversifikasi komoditas, petambak juga bisa mencoba untuk mengolah hasil panen menjadi produk bernilai tambah seperti udang beku kupas, ebi, atau bahkan kerupuk udang. Produk olahan seperti ini bisa dijual dengan margin lebih tinggi dan lebih tahan terhadap fluktuasi pasar.
Kolaborasi dan Koperasi
Bertahan sendiri di tengah pasar yang tidak stabil sangat sulit. Karena itu, banyak petambak mulai bergabung dalam koperasi atau kelompok usaha bersama. Melalui koperasi, mereka bisa membeli pakan secara kolektif dengan harga lebih murah, berbagi informasi pasar, hingga menjual hasil panen secara bersama untuk mendapatkan harga yang lebih baik dari tengkulak.
Kolaborasi juga memungkinkan mereka mendapat akses ke pelatihan, teknologi, dan bahkan pendanaan dari pemerintah atau lembaga swasta.
Langsung ke Konsumen
Cara terakhir yang bisa dilakukan ialah dengan menjual langsung produk ke konsumen akhir, baik lewat pasar lokal maupun dijual secara online. Dengan melakukan hal ini, maka petambak sudah memotong mata rantai distribusi, sehingga margin keuntungan yang didapat bisa lebih besar. Platform media sosial dan marketplace menjadi alat utama untuk promosi dan transaksi.
Meskipun harga udang anjlok memberikan tekanan besar, para petambak yang mampu beradaptasi, berkolaborasi, dan terus berinovasi masih punya peluang untuk bertahan. Masa sulit seperti ini memang nyata dan sudah pasti akan terjadi, namun jalan keluar untuk masa sulit ini akan selalu ada.
Baca Juga