Bioflok menjadi salah satu inovasi dalam budidaya perikanan yang dinilai cukup efektif dalam menjaga kualitas air selama proses budidaya berlangsung. Sistem bioflok sendiri memanfaatkan mikroorganisme yang bertugas sebagai pengurai limbah organik yang dihasilkan oleh ikan dan sisa pakan.
Keuntungan dalam menggunakan bioflok adalah kolam tidak memerlukan pergantian air, sehingga proses budidaya menjadi lebih efektif. Air yang dihasilkan dari budidaya ikan sistem bioflok juga tidak berbau, hal ini dikarenakan penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme berjalan dengan optimal, sehingga limbah dapat ditekan.
Sumber: iidyanie.com
Untuk memulai budidaya dengan sistem bioflok, Anda harus mengetahui ciri dari bioflok yang berhasil terbentuk serta bioflok yang gagal terbentuk. Berikut ini kami ulaskan untuk Anda.
Ciri Bioflok yang Berhasil Dibentuk
Sistem bioflok sendiri memanfaatkan mikroorganisme yang dihasilkan dari penggunaan probiotik pada kolam. Dengan begitu, pada saat pengaplikasian probiotik pada kolam tentu akan merubah tampilan dari air.
Indikator keberhasilan bioflok terbentuk pada kolam dapat dilihat dari warna air kolam. Bioflok yang berhasil dibentuk ditandai dengan berubahnya warna air kolam menjadi coklat muda (krem) dengan gumpalan-gumpalan yang mengikuti arus.
Selanjutnya, jika pH air diukur, maka akan menunjukkan keadaan yang cenderung netral, yaitu di angka 7-7,8 dengan rentan kenaikan pH yang kecil, yaitu 0.02-0,2 yang dapat terjadi di pagi dan sore hari. Penggunaan pH meter sangat dianjurkan guna memonitoring kestabilan pH.
Ciri Bioflok yang Gagal Dibentuk
Setelah mengetahui ciri bioflok yang berhasil dibentuk, maka Anda juga harus mengetahui ciri dari bioflok yang gagal terbentuk.
Ciri pertama adalah bioflok berbusa. Jika flok membentuk busa, hal itu menandakan adanya bakteri berfilamen yang menempel. Bakteri berfilamen ini akan mengurangi kadar flok pada air, sehingga harus dihilangkan segera. Caranya ialah dengan 10 ppm kalsium peroksida diikuti dengan penahanan pergantian air selama 6 hari sambil ditambahkan 20 ppm CaCO3 per harinya hingga busa benar-benar hilang.
Ciri kedua adalah bioflok terlihat terlalu pekat, sehingga air menjadi gelap pekat. Hal tersebut tentu akan mengganggu sirkulasi oksigen ke dalam kolam. Untuk mengatasi hal itu ialah dengan melakukan pengenceran secara over flow menggunakan pipa yang dipotong setinggi permukaan air. Biarkan air masuk ke pipa dengan sendirinya, air yang masuk ke pipa kemudian dialirkan keluar secara perlahan.
Ciri ketiga adalah air berubah warna menjadi hijau kebiruan atau merah. Hal tersebut menandakan bahwa kolam mengalami penurunan massa bioflok akibat dari adanya rembesan pada kolam. Untuk mengatasinya ialah dengan memeriksa sekeliling kolam dan menutup rembesan yang ada.