Buangan gas metana yang ada pada air limbah kelapa sawit ternyata sangat signifikan memengaruhi perubahan iklim dibandingkan dengan pembukaan lahan baru, kebakaran hutan dan pengeringan lahan gambut.Hal ini diungkapkan dari sebuah studi yang diterbitkan pada jurnal ilmiah Nature Climate Change.
Sumber: radioidola.com
Penelitian yang dipimpin oleh Philip G. Taylor dari Universitas Colorado tersebut menemukan bahwa emisi metana dalam setahun akibat dari pengolahan kelapa sawit setara dengan 115 juta ton karbon dioksida yang ada di Malaysia dan Indonesia.
“Buangan metana dari limbah tersebut merupakan ancaman iklim yang besar, dimana bisa menaikkan sekitar 1% emisi gas rumah kaca pada tahun 2050 mendatang,” ungkap Taylor.
Taylor menyarankan untuk memanfaatkan metana dari produksi limbah air olahan kelapa sawit ini menjadi bioenergi ketimbang harus dilepaskan begitu saja ke atmosfer dan menambah emisi gas rumah kaca.
Keuntungan dari menggunakan matana ini ialah dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif dan bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah-daerah tertentu.
Hasil studi ini memperlihatkan bahwa pengolahan limbah yang baik digabung dengan penghentian konversi hutan untuk pembukaan lahan dapat membuat industri minyak kelapa sawit menjadi lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Baca Juga: