Masifnya perkembangan industri kelapa sawit khususnya di Indonesia menimbulkan serangkaian kekhawatiran. Beberapa studi menunjukkan bahwa industri kelapa sawit menyumbang 38 persen deforestasi hutan di Indonesia sepanjang tahun 2000-2012. Serta menjadi penyebab meningkatnya efek gas rumah kaca, mengancam keanekaragaman hayati, dan keberadaan hutan mangrove yang selama ini menjadi sumber makanan bagi masyarakat pesisir.
Hal ini juga dirasakan oleh penduduk Desa Bungku, Jambi. Selama 25 tahun mereka memanfaatkan sumber daya air dari air permukaan. Namun, ketika musim kemarau tiba terjadi penipisan waduk air tanah yang lebih cepat. Selain menipisnya pasokan air tanah, masyarakat juga melaporkan bahwa debit air sungai juga menurun lebih cepat pada musim kemarau. Hal ini sangat berbeda dibandingkan 10 tahun terakhir. Bahkan beberapa sungai kecil berhenti mengalir.
Tak hanya kuantitias, kualitas air pun turut berubah. Kualitas air dilaporkan menurun secara signifikan selama satu dekade terakhir. Masyarakat menggambarkan bahwa terjadi perubahan warna air. Jika sebelumnya jernih dan bersih, kini menjadi keruh, bahkan berlumpur. Kualitas air semakin memburuk tatkala kelangkaan air atau musim kemarau tiba. Banyak sumur warga di Desa Bungku menjadi kering. Penduduk desa kesulitan mengakses air. Polusi pun cepat terjadi pada badan air dangkal.
Kanal sungai yang melewati di areal perkebunan kelapa sawit. Foto: Taufik Wijaya
Berdasarkan studi yang diterbitkan oleh ecologyandsociety.org, kesulitan akses air bersih terkait dengan perubahan yang terjadi di desa. Yakni pembangunan perkebunan kelapa sawit yang mendominasi. Terjadi perubahan atau penggunaan lahan berdampak pada debit sungai dan perubahan kualitas air. Diduga industri kelapa sawit juga membutuhkan pasokan air yang banyak menyebabkan kawasan rawa, sungai dan sumur di sekitarnya menjadi kering.
Warga memperkirakan sulitnya akses air bersih sedikit banyak dipengaruhi oleh limbah dan pengelolaan air limbah yang kemudian menyerap ke air permukaan. Bahkan berubah menjadi racun yang berdampak pada kelangsungan ikan. Warga resah dengan pengelolaan lingkungan dan tidak adanya zona penyangga di sepanjang sungai untuk mengangkat beban sedimentasi.
Isu pengelolaan limbah sawit ini yang menjadi kekhawatiran penduduk. Sebab konsekuensi dari pengelolaan limbah yang tidak berkelanjutan berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat. Polusi air permukaan mempengaruhi aktivitas keseharian masyarakat. Terutama ketika musim kemarau tiba. (*)
Hubungi Sales Representative kami.
HP: 0823 6063 6356 / 0823 8382 6661
Medan: Jl. Sutomo No. 560, Medan, Sumatera Utara, 20231, Indonesia