Budidaya perikanan adalah salah satu sektor produksi makanan yang berkembang pesat. Rata-rata pertumbuhan sektor ini adalah 8,4 persen sejak tahun 1970 dan kini telah mencapai ratusan juta ton produksi perikanan. China dan Asia menyumbang 91 persen dari total produksi perikanan global. Apalagi di kawasan Asia, budidaya perikanan merupakan kegiatan ekonomi terpenting dan pesat perkembangannya.
Sebagai contoh pesatnya industri perikanan, produksi ikan mas mendominasi Asia dan China, sementara ikan salmon menguasai pasar Eropa dan Amerika Selatan. Di Afrika, ikan nila adalah komoditi yang paling diandalkan. Adapun Amerika Utara mengandalkan udang, kerang dan salmon. Di sisi lain, pesatnya pertumbuhan budidaya perikanan menimbulkan pertanyaan mengenai dampak kelestarian lingkungan. Ya, industri perikanan menuntut ketersediaan sumber daya biofisik terus menerus namun menghasilkan output berupa limbah.
Budidaya perikanan dengan sistem keramba jaring apung (KJA). Foto:penyuluhpi.blogspot.com
Seperti beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa produksi budidaya perikanan menghadirkan konsekuensi terhadap perubahan lingkungan. Yang paling mudah terlihat adalah eutrofikasi (peledakan jumlah ganggang). Satu contoh eutrofikasi terbesar terjadi pada tahun 2007 menyebabkan kerugian sebesar dua juta dolar AS di Amerika Utara, merusak peternakan salmon. Di Korea Selatan, peledakan jumlah ganggang menggagalkan budidaya perikanan dan menyebabkan kerugian hingga 95 juta dolar AS.
Beberapa studi menunjukkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan urbanisasi merupakan faktor utama yang mendorong permintaan terhadap konsumsi protein hewani. Termasuk ikan. Peningkatan konsumsi terjadi mulai dari pedesaan hingga kota. Diperkirakan pada tahun 2025, penduduk Bumi akan mendominasi kota, dan lebih dari setengahnya akan tinggal di negara-negara berkembang seperti China, India, dan kawasan Asia lainnya. Tuntutan konsumen ini pun dipastikan akan berujung pada degradasi lingkungan. Bila tidak ada penanganan yang serius, polusi dan resisten patogen akan terjadi.
Kondisi ini dapat diubah dengan cara memastikan bahwa setiap membangun lingkungan perikanan seperti kolam atau tambak, produsen harus mengikuti standar intensifikasi budaya perikanan. Cara paling awal adalah meminimalkan stres pada ikan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Dilanjutkan dengan penerapan parameter kualitas lingkungan di kolam atau tambak. Selalu memastikan kadar oksigen terlarut, pH, kadar garam, ammonia, nitrat penempatan dan perawatan kolam atau tambak adalah prioritas para produsen atau pembudidaya.
Mayoritas produksi budidaya perikanan saat ini dilakukan dengan sistem ekstensif dan semi intensif. Pakan didominasi berbasis tanaman. Peningkatan permintaan terhadap produksi ikan juga akan sejalan dengan peningkatan kebutuhan pakan (fish meal). Pakan yang ada sekarang ini didominasi produk-produk kimia. Peningkatan permintaan pakan berarti berujung pada limbah yang dihasilkan ikan. Limbah dari pakan ini pun bisa berakhir pada polusi lingkungan sekitar jika tidak ditangani secara maksimal. Beberapa rekomendasi para ilmuwan bidang perikanan untuk mencegah hal ini adalah menggunakan kembali produk pakan tradisional untuk meminimalisasi kandungan kimia dalam air. Misalnya menggunakan dedak keledai.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa mayoritas peningkatan produksi perikanan global hingga tahun 2030 akan datang dari Asia Tenggara dan Asia Selatan di mana India, Indonesia dan Thailand akan menjadi produsen terbesar. Meski demikian negara-negara produsen utama seperti China dan Vietnam akan terus mendorong ekspor produksi perikanan ke pasar Eropa dan Amerika Utara. Prospek peningkatan permintaan pasar yang akan dihadapi negara-negara bisa berdampak pada ketersediaan sumber daya alam (tanah, air) dan perubahan lingkungan.
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Cycle Analysis (LCA) , budidaya perikanan yang masih di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara akan memberikan dampak lingkungan secara keseluruhan. Memenuhi tuntutan untuk produksi ikan di masa depan memerlukan perhatian khusus, terutama terkait pembuangan limbah. (*)
Baca Juga:
Hubungi Sales Representative kami.
HP: 0823 6063 6356 / 0823 8382 6661
Medan: Jl. Sutomo No. 560, Medan, Sumatera Utara, 20231, Indonesia