Budidaya ikan nila di Indonesia termasuk yang paling banyak ditemui. Apalagi mengingat ikan nila juga banyak dikonsumsi untuk kebutuhan dalam negeri. Ya, ikan nila begitu populer. Budidaya ikan nila dengan kepadatan tinggi dalam keramba jaring apung (KJA) dipraktikkan di kawasan danau maupun waduk. KJA menawarkan beberapa kelebihan. Satu di antaranya adalah siklus perkembangbiakan ikan nila dapat mudah dipantau. Siklus perkembangbiakan nila di kolam biasa akan sulit dipantau.
Berikut keuntungan lain membudidayakan ikan nila di keramba jaring apung (KJA):
• Investasi modal yang relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan
teknik kultur lainnya.
• Memudahkan pengamatan respon ikan terhadap pakan dan kontrol
kesehatan.
• Fleksibilitas manajemen unit produksi.
• Penggunaan badan air yang tersedia secara terus menerus.
Yang perlu diperhatikan pada keramba jaring apung adalah kebutuhan perangkat flotasi di permukaan. Perangkat flotasi ini dapat berupa logam yang diikat plastik drum disegel pipa PVC atau pilihan favorit adalah kubus HDPE yang lebih disenangi karena permukaan kubus lebih lebar dan bisa dijajaki petani untuk meninjau KJA lebih dekat. Kubus HDPE juga tahan karat dan harga terjangkau, maintenance lebih rendah dibanding besi, tahan karat maupun sinar UV. Keramba ikan nila harus dilengkapi dengan penutup untuk mencegah kerugian hilangnya ikan ketika melompat atau menghindari burung pemangsa. Oleh karena itu keramba jaring lebih baik menggunakan nilon mesh yang tahan lama, ringan dan terjangkau. Jika menggunakan bahan nilon biasa, rentan terhadap kerusakan terhadap predator ikan nila seperti kura-kura, kepiting dan lainnya.
Keramba jaring apung di kawasan Danau Toba. Foto: Seputar Indonesia
Unsur perangkat flotasi lainnya yang perlu diperhatikan adalah penggunaan feeding ring (wadah untuk menabur pakan ikan di permukaan) harus disesuaikan dengan kapasitas keramba. Bila terlalu kecil, maka ikan nila akan menjadi agresif sebab akses ikan ke pakan sulit. Pada keramba jaring apung yang terbilang kecil, disarankan menggunakan nampan khusus. Nampan yang biasanya berbentuk rectangular tersebut sebaiknya terbuat dari logam galvanis atau mesh yang dapat ditenggelamkan hingga kedalaman 6 sampai 18 inci.
Seperti disebutkan di awal, membudidayakan ikan nila dengan sistem keramba jaring apung sangat cocok jika dilakukan di kawasan yang memiliki badan air seperti danau atau waduk. Tetapi saat menerapkannya pada air, eutrofikasi juga harus diperhatikan. Khususnya pada keramba yang berukuran 1-5 acre (1acre=0,4 hektar). Pertukaran dan ketersediaan oksigen juga krusial. Oleh karena itu proses aerasi harus dilakukan. Di sinilah diperlukan aerator yang mumpuni. Disarankan untuk menggunakan aerator jenis Turbo Pro dikarenakan jangkauan hingga ke dasar permukaan danau.
Antara unit keramba pada keramba jaring apung seharusnya dipisahkan dengan jarak 15 kaki (satu kaki=0,3 meter) sehingga kualitas air tetap terjaga. KJA sebaiknya ditempatkan pada jarak 3 kaki di bawah permukaan substrat yang berada di badan air.
Sebagai catatan, tantangan yang harus dihadapi petambak ketika memutuskan ternak ikan nila dalam keramba jaring apung, yakni resiko kehilangan ikan akibat kerusakan kandang oleh predator ataupun cuaca buruk, kurangnya toleransi ikan terhadap kualitas air yang buruk. Kemudian ketergantungan ikan pada kebutuhan nutrisi pakan lengkap serta ancaman kerugian besar dari wabah penyakit.(*)
Hubungi Customer Sales Representative kami di
Indah Sari Windu Medan: Jl. Sutomo No. 560, Medan, Sumatera Utara, 20231, Indonesia Surabaya: Pergudangan Tanrise Westgate Diamond, Blok B-16, Wedi, Gedangan, Sidoarjo 61254, Indonesia Telp: 061 4571 224 - 0812 6065 5496 Up. Teguh Raharjo