Jika kadar oksigen dan ammonia sering dipantau sebagai parameter yang mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan ikan, kontrol kadar karbondioksida (CO2) justru sering diabaikan. Pengukuran terhadap kadar CO2 jarang dilakukan karena adanya asumsi bahwa unsur CO2 tidak banyak mempengaruhi kualitas air. Cukup sebatas pada, jika kadar oksigen oke, maka CO2 tidak akan menjadi masalah. Meski demikian, ketika tingkat karbon dioksida relatif tinggi maka akan memberikan dampak buruk pada kesehatan ikan.
Kadar karbon dioksida di bawah 10 mg/L adalah kondisi yang dapat ditolerir oleh ikan walaupun sebenarnya sensitivitas terhadap perubahan gas berbeda-beda pada tiap spesies ikan. Level CO2 di dalam air bervariasi, dipengaruhi oleh aktivitas respirasi, fotosintesis, dan dekomposisi bahan organik. CO2 dapat meningkat signifikan sehingga mempengaruhi kehidupan dan sistem di dalam perairan atau tambak.
Ilustrasi budidaya perikanan. Foto: www.sensorex.com
Peningkatan CO2 di dalam air juga dapat mempengaruhi metabolisme ikan, di mana CO2 dapat masuk ke dalam darah ikan yang masuk melalui insang. Kondisi ini kemudian disebut hiperkapnia, yang menyebabkan pH darah menurun, asidosis. Pada saat yang sama kemampuan membawa oksigen dari hemoglobin di dalam darah berkurang.
Dalam jangka pendek, secara fisiologis ikan dapat menyeimbangkan kondisi asidosis dengan melakukan pertukaran ion seperti meningkatkan penyerapan bikarbonat, kehilangan ion hidrogen, dan fosfat. Namun dalam jangka, tindakan penyeimbangan ini memiliki dampak besar pada kesehatan ikan.
Seperti kondisi Nefrokalsinosis (gangguan di mana ada terlalu banyak kalsium disimpan di ginjal) yang terjadi pada ikan Salmon. Kadar Co2 yang terlalu tinggi mengarah pada pembentukan deposit mineral yang besar pada ginjal, sehingga mempengaruhi jaringan ekskresi ginjal. Kondisi ini bisa berujung pada kematian ikan, terutama bila ditambah faktor-faktor pendorong lainnya.
Kualitas air yang buruk pada pembenihan juga dapat meningkatkan kerentanan ikan terhadap patogen yang berujung pada munculnya penyakit klinis, seperti Infectious Pancreatic Necrosis (IPN). Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk memperhatikan aspek kualitas air pada tahap pemeliharaan awal. Sehingga dapat mengurangi kerentanan ikan terhadap penyakit klinis.
Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa CO2 adalah bentuk gas yang tak mudah dipantau. Meskipun ada metode titrasi yang relatif mudah, dan akurat untuk diterapkan dalam budidaya perikanan, tetap saja budget yang dikeluarkan cukup mahal. (*)
Hubungi Customer Sales Representative kami di Indah Sari Windu Medan: Jl. Sutomo No. 560, Medan, Sumatera Utara, 20231, Indonesia Surabaya: Pergudangan Tanrise Westgate Diamond, Blok B-16, Wedi, Gedangan, Sidoarjo 61254, Indonesia Telp: 061 4571 224 - 0812 60830602 Up. Cherrie Gisela