Mikosporidia adalah jenis parasit yang sangat patogen dan mempengaruhi budidaya perikanan khususnya udang. Salah satu jenis mikosporidia ini adalah Enterocytozoon hepatopenaei (EHP) yang memperlambat pertumbuhan budidaya udang. Meskipun patologi umum EHP juga menyebabkan warna keputihan pada otot karena adanya spora yang menghambat , tetapi ada beberapa ciri EHP yang berbeda. EHP dapat menginfeksi tubulus dari hepatopankreas udang, sehingga merusak kemampuan organ untuk mencerna, mendapatkan nutrisi dari pakan. Parasit EHP tidak menyebabkan kematian pada udang namun membuat pertumbuhan berat badan terbatas.
EHP merupakan endemik di seluruh kawasan China, Malaysia, Thailand, Indonesia dan Vietnam. EHP sangat sulit diberantas, hanya dapat dikontrol kadarnya. Untuk mendeteksi EHP, diperlukan alat berbasis gen seperti polymerase chain reaction (PCR) dan loop mediated isothermal, dengan cara pengujian amplifikasi kotoran dari induk. Meskipun efektif, screening induk memerlukan pemeriksaan hewan secara individu.
Parasit EHP tidak menyebabkan kematian pada udang namun membuat pertumbuhan berat badan terbatas. Foto: bumninsight.co.id
Infeksi mikorsporidia biasanya diobati dengan obat-obatan dari golongan tertentu yang selama ini diketahui banyak yang tidak efektif. Sebab pengobatan terhadap EHP membutuhkan kekhususan penargetan jaringan. Ada tiga langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisasi penyebaran EHP. Tiga langkah yang harus dikombinasikan yakni : penerapan biosecurity di tempat pembenihan, persiapan kolam yang tepat dan manajemen tambak yang baik selama siklus pertumbuhan. Dengan kata lain, penghapusan total mikrosporidian tidak dapat dilakukan. Pendekatan terbaik adalah mengontrol ekosistem yang ada di dalam kolam atau tambak dan mengurangi beban yang masuk ke dalam.
Pada tambak yang berisi induk dewasa, dapat terjangkit EHP lewat feses. Terutama bersumber dari pakan alami. Pakan alami seperti jenis polychaetes, kerang, cumi-cumi, dapat menimbulkan resiko pada biosecurity. Oleh karena itu sangat disarankan pakan alami harus dibekukan, dipasteurisasi atau bahkan diradiasi.
Pembersihan
Pada fasilitas pematangan dan penetasan, harus benar-benar kering sepenuhnya. Dicuci terlebih dahulu, kemudian didesinfektan dengan larutan kaustik natrium hidroksida. Sema peralatan, pipa, dan tangki harus direndam dalam larutan natrium hidroksida 2, 5 persen selama minimal tiga jam. Setelah itu, dibilas, sebelum dibersihkan dengan klorin 200 ppm dan ph kurang dari 4,5.
Nauplii dicuci dan dibilas dengan campuran air tawar, dan bahan kimia seperti formaldehida, yang dapat melemahkan spora sehingga tidak tumbuh pada telur dan naupli. Cara ini efektif untuk menurunkan resiko tumbuhnya bakteri yang bisa disampaikan dari indukan ke post larva.
Pengapuran Kolam
Beban organik yang tinggi biasanya berhubungan dengan beban spora. Perlu diingat bahwa spora biasanya tahan terhadap beragai kondisi lingkungan. Spesies yang berbeda, memiliki kerentanan yang berbeda pula. Oleh karena itu, dasar kolam harus dikontrol kadar pH-nya.
Khusus pada kolam tanah,disarankan bahwa kolam harus didesinfektan dengan kalsium oksida dalam dosis berat 6.000 kg/hektar, atau dapat juga dengan cara pengapuran kolam. Proses pengapuran juga harus sampai ke dasar kolam. Jika aplikasi tersebut benar, maka pH tanah akan naik ke 12 dalam waktu beberapa hari, kemudian bertahap kembali normal.
Setelah proses pengapuran selesai, petambak dapat memilik produk komersial yang cocok untuk mencegah akumulasi bahan organik sehingga mengurangi potensi spora tumbuh dan menginfeksi udang. Terpenting harus konsisten penggunaannya pada kadar yang diperkenankan. (*)
Baca Juga:
Hubungi Customer Sales Representative kami di
Indah Sari Windu Medan: Jl. Sutomo No. 560, Medan, Sumatera Utara, 20231, Indonesia Surabaya: Pergudangan Tanrise Westgate Diamond, Blok B-16, Wedi, Gedangan, Sidoarjo 61254, Indonesia Telp: 061 4571 224 - 0812 6083 0602 Up. Cherrie Gisela