Anakan ikan bandeng (milkfish) dapat diperoleh di daerah pesisir atau perairan pesisir atau dapat juga diproduksi di penangkaran. Pasokan anakan ikan bandeng di alam bebas sering tak terduga, tangkapan dalam beberapa tahun terakhir juga sudah jauh berkurang sehingga tidak dapat memenuhi permintaan untuk on growing farms.
Untuk mengembangkan indukan dalam kondisi tertutup, bandeng muda dapat dikumpulkan, diberi makan dan dipelihara di keramba laut yang dilindungi teluk, atau di dalam kolam garam (seperti yang dipraktikkan di Filipina), atau dalam tangki beton besar di darat (seperti dipraktikan di Taiwan dan Indonesia), hingga mereka mencapai kematangan seksual dengan berat-badan rata-rata minimal 1,5 kilogram. Namun, perlu diperhatikan bahwa fasilitas indukan berbasis darat tentu sepenuhnya bergantung pada pasokan air asin/laut yang dipompa dan terintegrasi dengan hatchery (bangunan untuk pembenihan).
Ikan bandeng. Foto: thefishesofaustralia.net.au
Dikutip dari The Fish Site, indukan ikan bandeng akan mencapai kematangan dalam lima tahun di kolam/kandang besar terapung. Rata-rata, hasil pemijahan pertama indukan bandeng cenderung lebih kecil dibandingkan dengan yang didapat di alam bebas. Akibatnya, indukan akan menghasilkan telur yang lebih sedikit dibandingkan indukan yang terdapat bebas di alam, namun indukan yang lebih besar dan dewasa akan memproduksi telur sama dengan yang menghasilkan telur di alam secara bebas. Indukan bisa mencapai 6 kg dengan rata-rata memproduksi 3-4.000.000 telur.
Budidaya bandeng dalam kondisi penangkaran secara massal seperti yang dipraktikkan di Indonesia, China dan Filipina, sebagian besar bergantung pada pemijahan alami yang tingkat kelangsungan hidupnya tinggi. Induksi buatan tidak digunakan. Pada saat pemijahan alami berlangsung, ikan bisa sedikit makan namun tetap menunjukkan peningkatan aktivitas berenang, sesekali melompat, dan menampar-nampar air dari siang sampai sore hari. Pemijahan biasanya berlansgung sekitar tengah malam. Pembenihan Intensif atau Semi Intensif Pembenihan bandeng terkait dengan pemeliharaan larva pada tangki, penyebaran rotifera dan ganggang hijau serta Artemia.
Pemeliharaan larva dapat dioperasikan baik pada sistem outdoor maupun indoor, tergantung pada kondisi daerah di mana anakan ditemukan. Operasional pembenihan bandeng bisa dilakukan secara intensif (padat tebar tinggi, tank berukuran tinggi, pemberian pakan dan pertukaran air), semi intensif (padat tebar rendah, tank berukuran tinggi, pertukaran air minimal, pakan dengan campuran diet) dengan rata-rata tingkat survival 30 persen (larva baru menetas ditebar). Setelah menetas, larva idealnya disimpan dengan kapasitas 50/liter di tangki pembenihan (bisa terbuat dari beton, fiberglass, atau tangki polypropylene tertutup tanah).
Larva diberi makan Rotifera pada tahap awal kemudian Copepoda atau udang air asin/ Artemia selama 3-4 minggu. Sebelum dikembangbiakkan, anakan bandeng dapat melewati proses perpindahan tangan dua kali atau lebih. Lalu diurutkan, dihitung, diangkut dan disimpan dalam periode waktu tertentu.
Anakan bandeng adalah komoditas yang mudah rusak bahkan bisa mati selama proses pengumpulan, penyimpanan, transportasi, pemeliharaan, pembibitan dan pembesaran. Namun, tak perlu khawatir karena teknologi untuk penyimpanan anakan umumnya efektif. Anakan disimpan di tempat yang dingin, di dalam baskom plastik, atau pot tanah lihat dengan kapasitas 100-500/liter, di dalam air yang setiap hari diperbaharui. (*)
Hubungi Customer Sales Representative kami di Indah Sari Windu Medan: Jl. Sutomo No. 560, Medan, Sumatera Utara, 20231, Indonesia Surabaya: Pergudangan Tanrise Westgate Diamond, Blok B-16, Wedi, Gedangan, Sidoarjo 61254, Indonesia Telp: 061 4571 224 - 0812 60830602 Up. Cherrie Gisela