Udang adalah komoditas ekspor yang memberikan devisa potensial bagi Indonesia. Bahkan Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor udang terbesar se-ASEAN. Indonesia juga tercatat sebagai pengekspor tertinggi udang ke Amerika Serikat sebanyak 10.285 MT (Metrik Ton) pada Mei 2016. Tak sampai di situ saja,potensi ekspor udang makin terbuka lebar ke Tiongkok. Berdasarkan data tahun 2015 lalu, jumlah ekspor udang ke Tiongkok berada di angka 102.843 MT dengan nominal sekitar USD754,5 juta. Sayangnya, dengan potensi yang begitu besar, Indonesia masih ketergantungan impor artemia.
Padahal Indonesia punya cakupan lahan yang luas dan aplikasi teknologi yang sangat mendukung produksi artemia. Artemia baik dijadikan sebagai pakan udang karena mempunyai kandungan proteinnya yang tinggi sehingga mempengaruhi kualitas pertumbuhan udang.
Catatan menunjukkan, rata-rata dalam setahun Indonesia impor Artemia sebanyak 40 ton dengan nilai transaksi Rp 56 miliar. Artemia yang diimpor berasal dari AS, China dan Vietnam. Negara yang ironisnya juga adalah tujuan ekspor kita. "Oleh karena itu, pemerintah akan menggenjot budidaya artemia untukmeminimalisasi nilai impor yang tinggi tiap tahun,"kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, seperti dikutip dari Kontan, Senin (15/8/2016).
Red slicks of brine shrimp cysts wash up from the Great Salt Lake's brine near U.S. Foto: Web
Artemia dapat hidup di perairan yang memiliki kadar garam tinggi atau sekitar 60 - 300 ppt. Karakteristik perairan ini sangat sesuai dengan tambak bersalinitas tinggi yang ada di Indonesia Ya, budidaya ,Artemia sangat potensial dan memberikan keuntungan bila dibudidayakan pada tambak-tambak yang bersalinitas tinggi di Indonesia. Per tahun 2015, luas area tambak garam Indonesia adalah 25.380 hektare.
Hitungannya, per satu hektar lahan budidaya artemia, bisa menghasilkan 200 kg-300 kg cyst artemia per siklus.(satu siklus berarti tiga sampai empat bulan di musim kemarau). Adapun harga Artemua Cyst per kilogram basah adalah sekitar Rp 300.000. Jadi, jika dihitung per siklus, bisa meraup hasil Rp 60 juta – 90 juta . Sedangkanbiaya produksi budidaya artemia per siklus per hektar sekitar Rp 15 juta-Rp 20 juta. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh bisa mencapai Rp 40 juta – 60 juta per siklus (tiga sampai empat bulan).
Selama ini, di Indonesia, terdapat tiga wilayah budidaya artemia yakni Rembang (luas lahan: 10 hektar), Madura (luas lahan: 0,5 hektar) yang bekerjasama dengan PT Garam. Serta yang terbaru yakni Jepara (luas lahan: 5 hektar). Panen Artemia yang dihasilkan akan didistribusikan bekerja sama dengan PT Garam, dan PT Arafura Marikultur.(*)
Hubungi Customer Sales Representative kami di Indah Sari Windu Medan: Jl. Sutomo No. 560, Medan, Sumatera Utara, 20231, Indonesia Surabaya: Pergudangan Tanrise Westgate Diamond, Blok B-16, Wedi, Gedangan, Sidoarjo 61254, Indonesia Telp: 061 4571 224 - 0812 60830602 Up. Cherrie Gisela