Akuakultur adalah salah satu sektor produksi yang paling cepat berkembang namun memiliki resiko kerugian ekonomi yang besar pula karena industri sektor hidup ini sangat rentan diserang parasit, bakteri, jamur maupun virus. Banyak negara bergantung pada industri ini, karena itu pengetahuan akan penyakit-penyakit pada budidaya perairan sangat penting.
Seperti contohnya, perusahaan Fish Vet Grup Asia Ltd di Thailand yang meneliti dua penyakit yang biasanya menyerang ternak perairan:
Infeksi Bakteri Akut Hepatopancreatic Necrosis (AHPND) - juga disebut Sindrom Kematian Dini (EMS); Infeksi bakteri, mikrosporidiosis hepatopancreatic yang disebabkan oleh Enterocytozoon hepatopenaei (EHP)
AHPND
Penyakit bakteri AHPND adalah masalah utama dalam budidaya udang di China, Thailand, Vietnam dan Malaysia. AHPND dapat terjadi dalam 30 hari pertama setelah udang ditebar ke dalam kolam, karena itu AHPND pada umumnya disebut sindrom kematian dini (EMS).
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang berkoloni pada saluran pencernaan udang dan menghasilkan racun yang menyebabkan kerusakan jaringan dan disfungsi pada hepatopancreas atau organ pencernaan udang. Biang utama penyakit ini adalah bakteri Vibrio parahaemolyticus (Vp), bakteri yang cukup umum dijumpai pada air asin payau yang jika tertelan, bisa menyebabkan penyakit pencernaan pada manusia.
Bakteri ini menyerang udang jenis monodon dan vanamei.
AHPND berawal di Cina pada sekitar tahun 2009 dan secara resmi dilaporkan di Cina dan Vietnam pada tahun 2010, di Malaysia pada tahun 2011, di Thailand pada tahun 2012 dan di Meksiko pada 2013 - negara yang paling terkena dampak ini adalah Thailand. Namun, meskipun dekat dengan Malaysia, sampai saat ini tidak ada catatan dari AHPND di Indonesia. Tapi potensi penyakit ini masuk ke Indonesia adalah sangat besar. Karena itu diperlukan tindakan pencegahan agar nantinya tidak menimbulkan kerugian bagi petambak.
Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan, meliputi:
Peningkatan biosekuriti di peternakan, baik secara regional maupun nasional,
Manajemen zona unit produksi,
Penilaian resiko penyakit
Pengembangan dan pelaksanaan rencana kesehatan hewan akuatik.
EHP
Dibandingkan dengan AHPND, sangat sedikit yang diketahui tentang efek penyakit ini pada budidaya perairan. Penyakit ini pertama kali terdeteksi pada P. monodon di Thailand pada tahun 2004 dan kemudian di Vietnam. Sekarang dilaporkan sudah menyerang Cina dan Malaysia, infeksi juga dilaporkan terjadi peningkatan di India, diperburuk lagi oleh adanya banjir.
Apa yang diketahui sejauh ini adalah bahwa EHP hanya menginfeksi tubulus sel epitel hepatopancreas udang. EHP membentuk spora parasit. Ketika spora menemukan inang udang yang cocok, kemudian menetas dan parasit mulai merebut beberapa pertumbuhan fisik udang.
Secara umum, penyakit ini mengurangi tingkat pertumbuhan dan meningkatkan variasi ukuran dalam populasi. Kolam yang terinfeksi EHP akan berpengaruh pada panen, menjadikan udang banyak yang kecil.
Jika infeksi telah terjadi, tidak ada pengobatan yang diketahui. spora ini hampir tidak bisa dihancurkan. Beberapa ahli industri percaya bahwa spora dapat bertahan 50 tahun pada kolam yang kering. Jadi jika pembenihan atau peternakan terinfeksi tindakan dekontaminasi drastis harus dilakukan sebelum pembibitan ulang dengan lapisan Geomembrane agar infeksi tidak menyebar.
Infeksi dimulai pada induk. Jika induk membawa spora, semua anakan akan membawa spora yang kemudian akan menginfeksi keseluruhan tambak. Jika banyak tambak yang tercemar, air akan tercemar juga.
Untuk mencegah infeksi, seluruh rangkaian pemeliharaan harus bersih dan didisinfektan seluruh peralatan tambak.
Semoga Bermanfaat!
Baca Juga:
Hubungi Customer Sales Representative kami di Indah Sari Windu Medan: Jl. Sutomo No. 560, Medan, Sumatera Utara, 20231, Indonesia Surabaya: Pergudangan Tanrise Westgate Diamond, Blok B-16, Wedi, Gedangan, Sidoarjo 61254, Indonesia Telp: 061 4571 224 - 0812 60830602 Up. Cherrie Gisela